🥉 Tongkat Dan Topi Tuan Tapa

Unduhilustrasi vektor Tongkat Sihir Dan Topi Fokus Dan Ilusi Legerdemain Dan Trik ini sekarang. Dan cari lebih banyak seni vektor bebas royalti yang menampilkan Tongkat sihir grafik yang tersedia untuk diunduh dengan cepat dan mudah di perpustakaan iStock. Dalamupacara itu, Papua secara resmi menyerahkan tongkat estafet pelaksanaan PON kepada Aceh dan Sumatera Utara yang bakal menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di Tanah Air selanjutnya pada 2024. Penyerahan tongakat dilakukan setelah penurunan bendera PON yang menandai berakhirnya PON Papua diiringi dengan lagu “Bagimu Negeri”. 2 Tokoh dan Perwatakan. Ada beberapa tokoh utama dalam legenda ini, seperti Tuan Tapa, Putri Naga, dan sepasang naga. Tuan Tapa memiliki watak yang baik hati, suka menolong, RDance Kostum dan R Kingdom Kostum dan Kostum 76 penyewaan kostum di Bintaro BSD Serpong Pamulang dan Jakarta selatan dengan bangga ingin ikut menjadi salah satu pendukung untuk melestarikan budaya tersebut, dengan men sewa kan baju tentara jepang, kostum tentara jepang, kostum jepang, baju jepang, topi jepang, topi tentara jepang, baju Merekamendengar Voldemort memberitahu Snape bahwa Tongkat Elder tidak dapat digunakannya dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan atas Tongkat itu setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus Dumbledore.[HP6] Voldemort yakin bahwa dengan membunuh Snape maka Tongkat itu akan menjadi miliknya seutuhnya. ArcaTuan Ma kemudian dibersihkan dan dimandikan lalu dilengkapi dengan busana perkabungan berupa sehelai mantel warna hitam, ungu atau beludru biru. Umat Katolik yang hadir pada saat itu diberi kesempatan untuk berdoa, menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonan itu dapat dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan PikiranHarry terhubung dengan pikiran Voldemort kembali, dan ketiganya segera pergi ke Shrieking Shack. Mereka mendengar Voldemort memberitahu Severus Snape bahwa Tongkat Elder tidak dapat digunakannya dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan atas Tongkat itu setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus BeliBaju Mayoret Topi dan Tongkat. Harga Murah di Lapak F4di4_collection. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. Macammacam alat yang digunakan dalam senam irama adalah tali, simpai (hoop), bola, tongkat, dan juga pita. Alat senam irama yang menyerupai seperti botol disebut gada atau tongkat. 1. Tali. Dalam senam irama, tali digunakan oleh pesenam untuk membuat koreografi gerakan yang bisa berupa ayunan, lingkaran, atau bentuk angka delapan. 2. 8zSn. Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita beberapa waktu yang lalu, Pengurus pernah melakukan pemostingan tentang Kisah Ini, Sobat dapat melihat kembali disini Legenda Muasal Kota Naga Tapaktuan, Namun, karena isi artikel tsb kurang otentik dengan sebagaimana legenda yang telah di kisahkan. Saya berniat melakukan pengeposan ulang dengan sedikit melengkapi dari berbagai referensi dari buku dan artikel yang saya dapatkan dalam pertualangan saya di internet mengenai legenda ini. Komentar-komentar sobat ACW di facebook saya tayangkan kembali di bawah dalam Artikel “Legenda Muasal Kota Tapaktuan” agar sobat dapat mengkritisi Artikel ini bila ada kesalahan penulis dalam menulis artikel Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat pembaca.******Alkisah, seperti hari-hari sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang kedua naga berenang beberapa saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke muara naga itu berenang semakin cepat. Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan ketika sepasang naga sedang berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas. Sepasang Naga itu pun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, diombang-ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak waktu terus berganti. Dari hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Putri kecil tersebut diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. Putri inilah yang kemudian disebut sebagai Putri suatu hari, kedua naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan daerah Teluk yang indah Putri dinaikkan ke punggung Naga Jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai Teluk. Naga Betina berenang mengiringi dari belakang. Sang Naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga dan sang Putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai Teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang Putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlang pun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang itulah yang membawa putri bungsu pergi, Putri bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat itu menyebabkan terjadinya pertarungan sengit antara kedua naga dengan Tuan Tapa. Mereka bertarung untuk memperebutkan bayi yang kini telah menjadi seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Naga Jantan melancarkan serangan berikutnya, Tuan Tapa menyambut dengan libasan tongkatnya. Tubuh naga pun terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah dari tubuh naga jantan yang hancur itu tumpah kemana-mana dan memerahkan tanah, bebatuan dan Betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Malah hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negeri pelariannya itulah Naga Betina membelah sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang pulau itu bernama Pulau Dua. Bahkan hewan itu mengamuk sambil memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah. Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Tuan Tapa berhasil mengalahkan kedua naga tersebut. Sang Putri pun dapat kembali bersama orang tuanya, tetapi keluarga itu tidak kembali ke Kerajaan Asralanoka. Mereka memilih menetap di Aceh. Keberadaan mereka di Tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat kejadian itu, Tuan Tapa sakit. Seminggu kemudian Tuan Tapa meninggal dunia pada Bulan Ramadhan Tahun 4 Hijriyah . Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu, tepatnya di depan Mesjid Tuo Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan, dan hingga sekarang makam manusia keramat itu masih bisa kita saksikan hingga saat sekarang bekas tubuh naga yang berupa gumpalan darah itu masih dapat kita lihat di pantai berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah. Batu Merah, sekitar tiga kilometer dari kota Tapaktuan. Kini gumpalan darah dan hati tersebut telah mengeras menjadi hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang waktu Tuan Tapa hendak membunuh sang naga, terjadi kejar-kejaran antara Tuanku Tapa dan sang naga. Maka pada suatu ketika, berbekaslah tapak kaki Tuan Tapa ini. Sekarang yang masih terlihat hanya sepasang telapak kaki sangat berjauhan, di batasi oleh gunung tempat naga tinggal sebelumnya. Jejak tapak kaki tersebut, seperti jejak seseorang yang melangkahi gunung, karena tak dapat ditemukan jejak yang sama di antara kedua jejak jejak kaki tersebut adalah 3 x 1,5 meter. Jejak kaki yang sebelah kanan, berada di pinggir laut diatas sebuah batu. Sedangkan jejak kaki sebelah kiri berada di dalam kota di atas tanah. Antara jejak satu dan yang satunya lagi lebih kurang berjarak 500 meter. Diberilah nama daerah yang terdapat jejak “Tapak Tuan Tapa” itu dengan nama kota “Tapak Tuan”, atau juga sering disebut “Kota Naga Tapak Tuan”.Di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa. Lalu, bagaimana nasib sang Putri? Beberapa tokoh masyarakat di daerah itu menceritakan, dalam legenda tersebut dikisahkan sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’.Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh kisah Cerita Legenda Tapaktuan ini saya sampaikan apa adanya, dan mari kita ingat bahwa segala sesuatu yang sifatnya legenda adalah dongeng belaka tapi bila kita baca semua alur cerita legenda ini dalam Buku Legenda Tapaktuan yang ditulis oleh Darul Qutni Ch ini banyak mengandung pendidikan dan budi pekerti yang tidak menyimpang dari aqidah agama Islam yang mulia dan tercinta itu, serta tidak akan membuat pembaca menjadi syirik dan kita pergi ke Tapak Tuan Aceh Selatan, tapi belum mengunjungi area tapak kaki tersebut, maka seolah-olah kita belum sampai ke Tapak Tuan. Dan di dukung dengan panorama alam yang sangat luar biasa, Tahukan anda, bahwa Tapak Tuan merupakan salah satu Kota terindah di Sumatera. Jadi, bagi yang penasaran, Silakan langkahkan kaki anda ke sana …!!* Pemandangan Panorama Alam Si Kota Naga Tapak Tuan *Surfing Tapak TuanGaris pantai TapaktuanThe Beach of TapakTuanTapaktuan, Most beautiful Place of SumateraBest Ever place in Tapak TuanKampung Batu HitamTapak Tuan with SunsetThe Dragon CityMakam Tuan TapaTapakTuan of the VillageDari berbagai Sumber Lisan dan Tulisan Alkisah, di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hidup sepasang naga. Sepasang naga ini, memiliki anak perempuan yang di sebut Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, menurut cerita, di dapat dari laut lepas di saat selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan China. Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Mereka mendengar suara tangis bayi. Si Naga jantan tiba - tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat - lamat, titik hitam itu kian mendekat ke arah sang naga di sebabkan oleh arus gelombang laut. Pasangan naga terus memperhatikan titik hitam itu. Suara tangis itu semakin lama semakin keras & jelas. Sepasang naga itupun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, sang naga melihat adanya kayu pecahan dari sebuah kapal & di antara kayu tersebut terdapat seorang bayi mungil tersangkut di atas kayu yang mengapung. Sang Naga terkejut bukan kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, di ombang - ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan mungil ini terapung di permainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong & mengasuhnya di sarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak mempunyai keturunan, lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak pungut & di beri nama Putri Bungsu / lebih di kenal dengan nama Putri naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Dengan suka cita, sepasang naga tersebut mengasuh & merawat si putri. Sementara itu, setelah selamat & menepi ke darat, orangtua kandung si putri begitu sedih kehilangan buah hatinya setelah perahu mereka kandas di hempas badai dahsyat. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangan mereka sudah hilang tenggelam dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu merekapun kembali ke negeri asal dengan menumpang kapal dagang - 2 naga itu sangat menyayangi putri pungut mereka. Bahkan, naga betina selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Layaknya anak - anak, Putri Bungsu setelah sadar dari pingsannya, ketakutan & menangis sejadi - jadinya begitu melihat sosok naga yang menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri Bungsu tidak merasa sangat memanjakan sang putri. Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah & minuman tersedia di sana. Mulai dari tempat pemandian si putri hingga tempat – tempat lainnya di penuhi agar Putri Bungsu suka & tidak pergi dari mereka. Semua itu di lakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Pada suatu hari, ke - 2 naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan - jalan menikmati pemandangan daerah teluk yang indah putri di naikkan ke punggung naga jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai teluk. Naga betina berenang mengiringi dari belakang. Sang naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga & - diam sang putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga di sebuah gua yang dalam. Ke - 2 ekor naga tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Ke - 2 pipinya berlesung pipit. Rambutnya panjang hitam legam & sedikit ikal. Kulitnya kuning langsat, mulus & licin tanpa tandingan. Matanya sedikit sipit serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orangtua yang juga berasal dari bangsa pada suatu hari, Putri Bungsu bertekad untuk segera meninggalkan kediaman orangtua asuhnya tersebut. Niat untuk melarikan diri ini pun di rancang dengan matang sehingga ke - 2 naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu, Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini membuat sepasang naga yakin & percaya bahwa si putri tidak akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga pergi mengarungi lautan & meninggalkan Putri Bungsu sendiri di gua kediaman mereka. Gunung ini memang tepat berada di depan Bungsu bukanlah gadis yang bodoh. Walaupun sering di tinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia yang berpakaian rapi berdiri di anjungan kapal. Saat itu dengan berani, Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri di pinggir gua agar kehadirannya di situ menjadi perhatian setiap kapal yang lewat. Kakinya di seret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut agar dia bisa melihat perahu yang pada suatu ketika, sepasang naga berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri sendirian di gua. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah, setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar & kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Nakhkoda kapal pun segera bersandar di dekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat - dekat dengan pulau tersebut karena sering bertiup angin kencang & sering membuat awak kapal sangat kerepotan menjaga kapal agar tidak tenggelam. Hal ini di sebabkan oleh ulah ke - 2 naga itu yang tidak ingin tempat mereka di dekati. Namun hari itu hari keberuntungan Putri sang putri berlayar, di tempat lainnya, naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka. Namun betapa bingungnya ke - 2 naga itu karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga betina sangat sedih sementara itu naga jantan di putuskan untuk mencari Putri Bungsu di lautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal yang lewat. Kebetulan di lautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan sebuah pulau besar. Dalam benaknya, naga berujar, ' Pasti perahu itu yang melarikan putriku '. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada di sana. Ke - 2 naga sangat marah, mengira putri mereka di culik manusia sehingga kapal & seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang kapal berteriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah gua yang bernama Gua Kalam. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sedang bertapa. Orangtua ini di sebut dengan Tuan Tapa. Ia bertubuh besar & tinggi kurang lebih 7m. Tuan tapa yang mendengar jeritan & teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Seakan dia sadar akan ada bencana besar di bumi. Lalu, Tuan Tapa mengambil tongkatnya & keluar dari gua. Dengan kesaktiannya, Tuan Tapa melihat dengan jelas di tengah lautan terjadi perkelahian antara sepasang naga dengan penumpang di daerah Tapaktuan hanya sebatas pinggangnya. Setelah itu dengan pesat, Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, kapal pun terlempar jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung seru. Bertubi – tubi ke - 2 naga menyemburkan api dari mulutnya sementara ekor & cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil di perkelahian itu, pulau besar yang berada di tengah laut pun hancur & terpisah menjadi 99 buah yang selanjutnya di sebut dengan Pulau pada suatu ketika, Tongkat Tuan Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai. Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir & membeku yang selanjutnya tempat di mana darah naga itu tumpah di sebut dengan Desa Batu Sirah / Batee Mirah. Sementara hati & jantungnya juga tercampak ke pesisir yang kemudian daerah ini di sebut dengan desa Batu Itam. Naga jantan mati dengan tubuh pasangannya mati, naga betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat di patahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat & topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut yang hingga sekarang tongkat serta topi itu masih ada & telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Naga betina ketakutan lalu melarikan diri. Sementara Naga betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Demi menghindar dari kematian, hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negri China & menabrak sebuah pulau lainnya sehingga pecah menjadi 2 pulau yang selanjutnya di sebut dengan Pulau bagaimana nasib sang putri? Sang putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia & hidup bahagia bersama ke - 2 orangtuanya di daratan China. Cerita rakyat Aceh legenda tempat wisata Tapak Tuan dengan kopiah dan tongkat Tuan Tapa di Aceh sangat terkenal dengan sebuah Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga. Cerita tersebut sangat hidup didalam masyarakat disana yang sangat mudah untuk dapat kita dengar dari A sampai Z. Adapun Legenda tersebut dibarengi dengan ornamen ornamen yang memiliki bentuk dan rupa seperti yang tersebut di dalam cerita tersebut. Ada baiknya saya ceritakan sedikit tentang Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga itu.” Alkisah, dizaman dahulu kala, ribuan tahun lalu, di Aceh Selatan hidup dua ekor naga yang sangat perkasa dan memiliki ilmu sakti mandraguna. Sepasang naga ini, memiliki anak yang bernama Putri Naga. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, katanya didapat dari perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orangtua sang ceritanya, suatu ketika – tidak ada masyarakat yang mengetahui tahun pasti, sepasang naga tengah berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah tiga sosok manusia, berada lam perahu kecil yang diombang-ambingkan gelombang laut Aceh Selatan. Ketiga manusia itu adalah sepasang suami-istri bersama bayinya. Bayi mungil ini berada dalam pangkuan ibunya. Mereka sengaja datang ke daerah itu bermaksud mencari rempah-rempah yang keberadaannya sudah cukup dikenal. Aceh Selatan sejak zaman Belanda menjajah daerah itu memang dikenal kaya akan hasil alam. Nilam, Cengkeh dan Pala merupakan tumbuhan yang dominan disana. Bahkan tumbuhan itu hingga kini menjadi komuditi unggulan daerah melihat ketiga anak manusia itu, Sepasang Naga sakti yang bisa melakukan terhentak. Lalu, dia meniup perahu yang sudah sangat dekat itu. Sekali tiup saja, perahu kecil itu terombang-ambing dan tenggelam ditelan ombak deras. Kemudian Naga Betina, menjulurkan lidahnya menangkap putri kecil yang terhempas dari perahu Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. ”Setelah selamat dan menepi kedarat orangtua si Putri begitu sedih kehilangan buah hatinya dan tidak tahu ke mana putrinya menghilang. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangannya sudah hilang tenggelam dalam lautan dan badai atau hilang entah ke mana. Akhirnya sepasang naga membawa putri mungil hasil rampasan mereka ke sebuah pulau, pulau ini terletak di Batu Hitam, Kecamatan Tapaktuan Aceh Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Sang Putri kecil, setelah sadar dari pingsannya, menangis sejadi-jadinya begitu melihat sosok Naga aneh dan menyeramkan. Si Putri kecil Ia takut. Diapun terus menangis sekuat-kuatnya. Naga betina pusing memikirkan tangisan putri itu. Terpaksa dia menggunakan kesaktiannya untuk menenangkan si Putri agar tak mengeluarkan air mata ini diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. ”Putri inilah yang kemudian disebut Putri Naga,”.Waktu terus bergulir. Putri Bungsu merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlangpun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan apa hubungan Putri Bungsu, Naga dan Tuan Tapa? sabar…. saya akan lanjutkan ya.. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat Naga yang sedang mengejar perahu. Perkelahian hebatpun tak dapat dihindarkan. Dari mulut kedua Naga menyemburkan api. Tuan Tapa menghela tongkatnya hingga mengeluarkan air deras dan memadamkan api Naga. Tak mau kalah, sang Naga jantan pun mengeluarkan ribuan anak panah berapi yang diarahkan ke Tuan Tapa. Tuan Tapa bisa menghindari serangan itu. Tak ketinggalan, Naga betina juga mengeluarkan pisau-pisau beracun yang juga berhasil dielakkan Tuan terus-menerus mengeluarkan kekuatannya, kesaktian kedua Naga mulai berkurang. Kesempatan itu dimanfaatkan Tuan Tapa untuk menyerang lebih dahsyat. Dengan tongkat sakti miliknya, Tuan Tapa mengayunkan benda panjang itu ke arah dua betina, mencoba menghindar dengan cara melarikan diri menjauhi Tuan Tapa. Saat lari kencang tak tahu arah itulah sang Naga betina menabrak sebuah pulau hingga terbelah pulau. Pulau terbelah ini kemudian oleh masyarakat Aceh Selatan disebut sebagai Pulau Dua, di Kecamatan Tapaktuan Aceh SelatanSementara Tuan Tapa mengejar sang Naga jantan yang sudah terluka akibat serangan tongkat sakti’. Tuan Tapa memukul tongkat saktinya bertubi-tubi ke tubuh Naga jantan hingga hancur berkeping-keping dan jatuh terjerembab ke tanah. Tubuh Naga jantan hancur berserakan dan darah berceceran yang menyebar memerahkan tanah, bebatuan dan ini bekas tempat ceceran darah Naga itu kini masih terlihat berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah Batu Mirah . Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan nasib sang Putri? Sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’.”Dan Lagenda ini telah diperkuat dengan subuah bukti yang telah ditinggalkan oleh Si Tuan Tapa berupa Tongkat dan Topinya yang berapa di tengah laut Tapaktuan dan hanya bisa di lihat dari sebuah gunung yang bernama Gunung Lampu menjelang senja hari saja. Kemudian sebuah Tapak kaki dan makam Tuan Tapa yang ukurannya wowww,,, that is so big,,, .Begitulah sedikit cerita tentang Legenda Kota Tapaktuan. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan

tongkat dan topi tuan tapa